Makalah Antimalaria (Tugas Farmakologi)
Pengobatan malaria merupakan salah satu
upaya dalam rangkaian kegiatan program pemberantasan. Keberhasilan
pengobatan untuk penyembuhan maupun pencegahan tergantung apakah obat
itu ideal, diminum secara teratur sesuai dengan jadwal pengobatan dan
takaran yang telah ditetapkan. Obat antimalaria yang ideal adalah obat
yang mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadia parasit,
menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaian mudah, harganya
terjangkau oleh seluruh lapisan penduduk dan mudah diperoleh, efek
samping ringan dan toksisitas rendah ‘. Sampai saat ini belum ada obat
antimalaria yang ideal. Oleh sebab itu digunakan kombinasi beberapa obat
dalam pengobatan.
Dalam program pemberantasan malaria dengan pengobatan, Departemen Kesehatan mempunyai standar pengobatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas Palsmodium falciparum terhadap obat-obat antimalarial. Standarisasi tersebut berguna untuk mencegah berkembangnya kasus resistensi terhadap obat-obat antimalaria lainnya. Resistensi merupakan akibat pemakaian obat yang tidak tepat. Sampai saat ini hanya P. falciparum yang dilaporkan telah resisten terhadap klorokuin, maupun obat-obat anti rnalaria lainnya. Di antara keempat spesies Plasmodia manusia, kasus malaria P. falciparum tampaknya lebih dominan dan juga merupakan penyebab malaria berat yang banyak menimbulkan kematian.
Di Indonesia dilaporkan terdapat fokus-fokus P. falciparum resisten terhadap klorokuin pada 26 propinsi, resisten terhadap sulfadoksin-pirimetamin pada 3 propinsi, dan resisten terhadap meflokuin pada 2 propinsi. Untuk mengatasinya, perlu diketahui obat-obat antimalaria lainnya yang dapat dipakai sebagai obat alternative.
Dalam program pemberantasan malaria dengan pengobatan, Departemen Kesehatan mempunyai standar pengobatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas Palsmodium falciparum terhadap obat-obat antimalarial. Standarisasi tersebut berguna untuk mencegah berkembangnya kasus resistensi terhadap obat-obat antimalaria lainnya. Resistensi merupakan akibat pemakaian obat yang tidak tepat. Sampai saat ini hanya P. falciparum yang dilaporkan telah resisten terhadap klorokuin, maupun obat-obat anti rnalaria lainnya. Di antara keempat spesies Plasmodia manusia, kasus malaria P. falciparum tampaknya lebih dominan dan juga merupakan penyebab malaria berat yang banyak menimbulkan kematian.
Di Indonesia dilaporkan terdapat fokus-fokus P. falciparum resisten terhadap klorokuin pada 26 propinsi, resisten terhadap sulfadoksin-pirimetamin pada 3 propinsi, dan resisten terhadap meflokuin pada 2 propinsi. Untuk mengatasinya, perlu diketahui obat-obat antimalaria lainnya yang dapat dipakai sebagai obat alternative.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.
2.2 Penyebab serta Dampak Dari Malaria
Penyebab Malaria
Penyebab Malaria adalah infeksi oleh parasit Plasmodium yang ditularkan dari satu manusia yang lain dengan gigitan nyamuk malaria yang dikenal dengan nyamuk Anopheles. Pada manusia, parasit tersebut bermigrasi ke hati di mana mereka melepaskan bentuk lain. Jika ini terjadi, mereka dapat memasuki aliran darah dan menginfeksi sel-sel darah merah.
Parasit sebagai penyebab penyakit malaria berkembang biak di dalam sel darah merah, yang kemudian pecah dalam waktu 48 sampai 72 jam, menginfeksi sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun mereka dapat muncul pada awal 8 hari atau selama setahun kemudian. Kemudian gejala yang terjadi pada siklus 48 sampai 72 jam.
Mayoritas gejala disebabkan oleh rilis besar merozoit ke dalam aliran darah, anemia akibat penghancuran sel darah merah, dan masalah yang disebabkan oleh sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke sirkulasi setelah sel darah merah pecah. Malaria juga dapat menular sejak lahir (dari ibu ke bayi yang dikandungnya) dan transfusi darah. Nyamuk malaria yang menjadi vektor penyebab malaria dapat dibawa ke daerah beriklim sedang, tetapi parasit hilang selama musim dingin.
Penyebab Malaria
Penyebab Malaria adalah infeksi oleh parasit Plasmodium yang ditularkan dari satu manusia yang lain dengan gigitan nyamuk malaria yang dikenal dengan nyamuk Anopheles. Pada manusia, parasit tersebut bermigrasi ke hati di mana mereka melepaskan bentuk lain. Jika ini terjadi, mereka dapat memasuki aliran darah dan menginfeksi sel-sel darah merah.
Parasit sebagai penyebab penyakit malaria berkembang biak di dalam sel darah merah, yang kemudian pecah dalam waktu 48 sampai 72 jam, menginfeksi sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun mereka dapat muncul pada awal 8 hari atau selama setahun kemudian. Kemudian gejala yang terjadi pada siklus 48 sampai 72 jam.
Mayoritas gejala disebabkan oleh rilis besar merozoit ke dalam aliran darah, anemia akibat penghancuran sel darah merah, dan masalah yang disebabkan oleh sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke sirkulasi setelah sel darah merah pecah. Malaria juga dapat menular sejak lahir (dari ibu ke bayi yang dikandungnya) dan transfusi darah. Nyamuk malaria yang menjadi vektor penyebab malaria dapat dibawa ke daerah beriklim sedang, tetapi parasit hilang selama musim dingin.
Dampak Penyebab Malaria
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama di banyak daerah tropis dan subtropis. CDC (nter For Disease Control and Prevention) memperkirakan bahwa ada 300-500 juta kasus malaria setiap tahun, dan lebih dari 1 juta orang meninggal. Di beberapa wilayah di dunia, nyamuk yang membawa malaria telah mengembangkan resistensi terhadap insektisida, sedangkan parasit telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik.
Penyebab penyakit malaria dari genus Plasmodium dimulai dengan gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Perjalanan parasit dari gigitan nyamuk ke hati, di mana parasit mulai bereproduksi berlanjut ke aliran darah, di mana ia menginfeksi sel darah merah. Parasit mereproduksi pada sel darah merah, yang merusak sel dan melepaskan parasit lebih ke dalam aliran darah.
Jika nyamuk menggigit lain orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut kemudian dapat membawa infeksi ke orang lain. Nyamuk penyebab malaria dikenal dengan nyamuk Anopheles membawa parasit dengan 4 spesies Plasmodium. Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama di banyak daerah tropis dan subtropis. CDC (nter For Disease Control and Prevention) memperkirakan bahwa ada 300-500 juta kasus malaria setiap tahun, dan lebih dari 1 juta orang meninggal. Di beberapa wilayah di dunia, nyamuk yang membawa malaria telah mengembangkan resistensi terhadap insektisida, sedangkan parasit telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik.
Penyebab penyakit malaria dari genus Plasmodium dimulai dengan gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Perjalanan parasit dari gigitan nyamuk ke hati, di mana parasit mulai bereproduksi berlanjut ke aliran darah, di mana ia menginfeksi sel darah merah. Parasit mereproduksi pada sel darah merah, yang merusak sel dan melepaskan parasit lebih ke dalam aliran darah.
Jika nyamuk menggigit lain orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut kemudian dapat membawa infeksi ke orang lain. Nyamuk penyebab malaria dikenal dengan nyamuk Anopheles membawa parasit dengan 4 spesies Plasmodium. Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit
penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit malaria
tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria :
• Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
• Vivax, penyebab penyakit malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
• Malariae, penyebab penyakit malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
• Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri.
• Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
• Vivax, penyebab penyakit malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
• Malariae, penyebab penyakit malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
• Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri.
2.3 Obat-obat Anti Malaria
Obat malaria yang dikenal umum adalah:
• Obat standar: Klorokuin dan Primakuin. Klorokuin efefktivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
• Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin). Kombinasi SP sangat efektif untuk mengobati penderita malaria oleh Plasmodium falciparum yang sudah resisten kloroluin.
• Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus).
• Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc).
• Obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
Obat malaria yang dikenal umum adalah:
• Obat standar: Klorokuin dan Primakuin. Klorokuin efefktivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
• Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin). Kombinasi SP sangat efektif untuk mengobati penderita malaria oleh Plasmodium falciparum yang sudah resisten kloroluin.
• Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus).
• Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc).
• Obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
Berdasarkan rumus kimianya, obat-obat antimalaria dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Alkaloida chinchona : kina, kinidin.
2. 4-aminokuinolin : klorokuin, amodiakuin.
3. 8-aminokuinolin : primakuin, kinosid.
4. Diaminopirimidin : pirimetamin, trimetoprim.
5. Sulfanamida : sulfadoksin,sulfadiasin, sulfalen. Sulfon dapson.
6. 9-aminoakridin : mepakrin.
7. Biguanida : proguanil, klorproguanil, sikloguanil.
8. Tetrasiklin : tetrasiklin, doksisiklin, minosikiln.
9. Antibiotik lain : klindamisin, enitromisin
10. 4-metanolkuinolin : meflokuin.
11. Penantren metanol: halofantrin.
12. Seskuiterpen lakton : qinghaosu. Seskuiterpen peroksid : yingzhaosu.
13.Pironaridin
14.Lain-lain.
1. Alkaloida chinchona : kina, kinidin.
2. 4-aminokuinolin : klorokuin, amodiakuin.
3. 8-aminokuinolin : primakuin, kinosid.
4. Diaminopirimidin : pirimetamin, trimetoprim.
5. Sulfanamida : sulfadoksin,sulfadiasin, sulfalen. Sulfon dapson.
6. 9-aminoakridin : mepakrin.
7. Biguanida : proguanil, klorproguanil, sikloguanil.
8. Tetrasiklin : tetrasiklin, doksisiklin, minosikiln.
9. Antibiotik lain : klindamisin, enitromisin
10. 4-metanolkuinolin : meflokuin.
11. Penantren metanol: halofantrin.
12. Seskuiterpen lakton : qinghaosu. Seskuiterpen peroksid : yingzhaosu.
13.Pironaridin
14.Lain-lain.
Berdasarkan efek atau kerja obat pada stadia parasit, obat-obat antimalaria dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Sisontosida jaringan primer (pre-eritrositer). Digunakan untuk profilaksis kausal :
B-aminokuinolin, dia-minopirimidin, biguanida, sulfanamida, dan tetrasiklin.
2) Sisontosida jaringan sekunder (ekso eritrositer). Digunakan untuk mencegah relaps :
8-aminokuinolin.
3) Sisontosida darah (eritrosit). Digunakan untuk penyembuhan klinis atau supresi :
alka-loida chinchona, 4-aminokuinolin, sulfanamida, sulfon, dan 9-aminoakridin.
4) Gamesitosida. Digunakan untuk membunuh bentuk seksual parasit : al-kaloida chinchona, 4-aminokuinolin, dan 8-aminokuinolin.
5) Sporontosida. Digunakan untuk mencegah pembentukan ookist dan sporosoit dalam tubuh nyamuk : diaminopirimidin, sulfanamida, dan biguanida.
1) Sisontosida jaringan primer (pre-eritrositer). Digunakan untuk profilaksis kausal :
B-aminokuinolin, dia-minopirimidin, biguanida, sulfanamida, dan tetrasiklin.
2) Sisontosida jaringan sekunder (ekso eritrositer). Digunakan untuk mencegah relaps :
8-aminokuinolin.
3) Sisontosida darah (eritrosit). Digunakan untuk penyembuhan klinis atau supresi :
alka-loida chinchona, 4-aminokuinolin, sulfanamida, sulfon, dan 9-aminoakridin.
4) Gamesitosida. Digunakan untuk membunuh bentuk seksual parasit : al-kaloida chinchona, 4-aminokuinolin, dan 8-aminokuinolin.
5) Sporontosida. Digunakan untuk mencegah pembentukan ookist dan sporosoit dalam tubuh nyamuk : diaminopirimidin, sulfanamida, dan biguanida.
Obat-obat antimalaria yang dipakai dalam program adalah klorokuin, sulfadoksin pirimetamin, kina, tetrasiklin, dan primakuin.
• Obat-Obat Antimalaria Baru
Dalam satu dasawarsa terakhir, banyak berkembang obat- obat antimalaria baru. Di antaranya ada yang sudah terdaftar dan beredar di Indonesia.
1. Sulfalen (sulfametopirasin = kelfisin)-pirimetamin.
Merupakan obat antimalaria kombinasi golongan sulfanamida dan diaminopirimidin. Obat ini sudah terdaftar dan beredar di Indonesia dengan nama Metakelfin. Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, sisontosida darah dan sporontosida untuk ke empat jenis plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 500 mg sulfalen – 25mg pirimetamin/tablet.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 25 mg/kgbb. untuk anak 1-5 tahun, 1 tablet untukanak 6-10 tahun, dan 2-3 tablet untuk orang dewasa.
Obat ini tidak diberikan pada bayi dan wanita hamil. Untuk profilaksis diberikan dengan dosis sama seperti dosis pengobatan setiap minggu. Mempunyai waktu paruh 65-85 jam, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 4 jam.
Efikasi obat ini baik dengan angka penyembuhan di Asia (Kamboja, Birma, dan Filipina) 80-100%, kecuali di Thailand karena telah banyak kasus P. falciparum resisten obat antifolat, sedangkan bebas demam dicapai dalam 1-3 hari dan bebas parasit juga 1-3 hari.
Efikasi obat ini di Afrika (Somalia, Kamerun, Senegal, Nigeria, Volta Hulu, Togo, Kongo, Tanzania, dan Kenya) adalah angka penyembuhan 92-100%, bebas demam 1-3 hari, dan bebas parasit 2-3 hari.
Efek samping obat ini seperti sulfadoksin-pirimetamin, yaitu : hanya pada orang-orang tertentu berupa urtikaria, sindrom Steven Johnson, granulositopcni, dan methemoglo-binemia.
Dalam satu dasawarsa terakhir, banyak berkembang obat- obat antimalaria baru. Di antaranya ada yang sudah terdaftar dan beredar di Indonesia.
1. Sulfalen (sulfametopirasin = kelfisin)-pirimetamin.
Merupakan obat antimalaria kombinasi golongan sulfanamida dan diaminopirimidin. Obat ini sudah terdaftar dan beredar di Indonesia dengan nama Metakelfin. Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, sisontosida darah dan sporontosida untuk ke empat jenis plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 500 mg sulfalen – 25mg pirimetamin/tablet.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 25 mg/kgbb. untuk anak 1-5 tahun, 1 tablet untukanak 6-10 tahun, dan 2-3 tablet untuk orang dewasa.
Obat ini tidak diberikan pada bayi dan wanita hamil. Untuk profilaksis diberikan dengan dosis sama seperti dosis pengobatan setiap minggu. Mempunyai waktu paruh 65-85 jam, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 4 jam.
Efikasi obat ini baik dengan angka penyembuhan di Asia (Kamboja, Birma, dan Filipina) 80-100%, kecuali di Thailand karena telah banyak kasus P. falciparum resisten obat antifolat, sedangkan bebas demam dicapai dalam 1-3 hari dan bebas parasit juga 1-3 hari.
Efikasi obat ini di Afrika (Somalia, Kamerun, Senegal, Nigeria, Volta Hulu, Togo, Kongo, Tanzania, dan Kenya) adalah angka penyembuhan 92-100%, bebas demam 1-3 hari, dan bebas parasit 2-3 hari.
Efek samping obat ini seperti sulfadoksin-pirimetamin, yaitu : hanya pada orang-orang tertentu berupa urtikaria, sindrom Steven Johnson, granulositopcni, dan methemoglo-binemia.
2. Doksisiklin dan minosiklin
Merupakan obat antimalaria golongan tetrasiklin. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, khusus untuk P. falciparum tetapi tidak digunakan untuk pro-filaksis.
Dikemas dalam bentuk 100 mg/tablet atau kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 1,5-2 mg/kgbb, tiap 12jam, selama 7 hari, dan hams diberikan bersama kina atau amodiakuin. Doksisiklin mempunyai waktu paruh 15-18 jam.
Merupakan obat antimalaria golongan tetrasiklin. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida jaringan primer, khusus untuk P. falciparum tetapi tidak digunakan untuk pro-filaksis.
Dikemas dalam bentuk 100 mg/tablet atau kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 1,5-2 mg/kgbb, tiap 12jam, selama 7 hari, dan hams diberikan bersama kina atau amodiakuin. Doksisiklin mempunyai waktu paruh 15-18 jam.
3. Klindamisi
Merupakan obat antimalaria golongan antibiotika lain. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P.falciparum.
Dikemas dalam bentuk 75 mg dan 150 mg/ kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 5-10 mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 5 hari, dan sebaiknya diberikan bersama kina atau amodiakuin. Oemijati dkk (1989), telah meneliti obat ini di RSU Dili, Timor Timur, dengan hasil baik. Klindamisin diberikan kepada penderita P. falciparum resisten klorokuin secara in vitro dengan dosis 2 x 300 mg, peroral. selama 5 hari.
Angka penyembuhan 100%, dan bebas parasit dicapai pada hari ke 2-6.
Efek samping yang ditemukan ringan dan bersifat sementara.
Merupakan obat antimalaria golongan antibiotika lain. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P.falciparum.
Dikemas dalam bentuk 75 mg dan 150 mg/ kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 5-10 mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 5 hari, dan sebaiknya diberikan bersama kina atau amodiakuin. Oemijati dkk (1989), telah meneliti obat ini di RSU Dili, Timor Timur, dengan hasil baik. Klindamisin diberikan kepada penderita P. falciparum resisten klorokuin secara in vitro dengan dosis 2 x 300 mg, peroral. selama 5 hari.
Angka penyembuhan 100%, dan bebas parasit dicapai pada hari ke 2-6.
Efek samping yang ditemukan ringan dan bersifat sementara.
4. Meflokuin.
Merupakan obat antimalaria golongan 4-metanol kuinolin. Obat ini pernah diteliti, belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara obat ini sudah digunakan secara luas.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 15-25 mg/kgbb.
Obat ini aman untuk wanita hamil. Dapat diberikan untuk profilaksis dengan loading dose 750 mg, kemudian 125 mg/minggu. Waktu paruh obat ini adalah sekitar 3 minggu, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 12-16 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obat antimalaria lain.
Untuk memperlambat terjadinya resistensi P. falciparum meflokuin sebaiknya digunakan kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin menjadi MSP (meflokuinsulfadoksin-pirimetamin) yang dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Efikasi obat ini di Thailand baik, dengan angka penyem-buhan 90-100%, bebas demam dicapai pada hari ke 1-3 dan bebas parasit pada hari ke 3-5. Di Indonesia, walaupun belum beredar dan dipakai, telah ditemukan kasus resisten di Irian Jaya dan Jawa Tengah.
Efek samping obat ringan dan sementara yaitu : gangguan saluran pencernaan, lemah, pusing, insomnia, pruritus, dan skin rash. Semua efek samping ini bersifat sementara dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Merupakan obat antimalaria golongan 4-metanol kuinolin. Obat ini pernah diteliti, belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara obat ini sudah digunakan secara luas.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 15-25 mg/kgbb.
Obat ini aman untuk wanita hamil. Dapat diberikan untuk profilaksis dengan loading dose 750 mg, kemudian 125 mg/minggu. Waktu paruh obat ini adalah sekitar 3 minggu, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 12-16 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obat antimalaria lain.
Untuk memperlambat terjadinya resistensi P. falciparum meflokuin sebaiknya digunakan kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin menjadi MSP (meflokuinsulfadoksin-pirimetamin) yang dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Efikasi obat ini di Thailand baik, dengan angka penyem-buhan 90-100%, bebas demam dicapai pada hari ke 1-3 dan bebas parasit pada hari ke 3-5. Di Indonesia, walaupun belum beredar dan dipakai, telah ditemukan kasus resisten di Irian Jaya dan Jawa Tengah.
Efek samping obat ringan dan sementara yaitu : gangguan saluran pencernaan, lemah, pusing, insomnia, pruritus, dan skin rash. Semua efek samping ini bersifat sementara dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
5. Halofantrin
Merupakan obat antimalaria golongan penantren metanol. Obat ini belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara (Perancis dan negara-negara Afrika Barat) obat ini dalam waktu dekat akan dipakai. Di Indonesia obat ini sedang diteliti.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, 500 mg/kapsul, dan 100 atau 250 mg/5 ml suspensi. Diberikan secara oral dengan dosis untuk anak-anak 8-10 mg/kgbb, tiap 6 jam, dengan dosis total 24 mg/kgbb. Untuk orang dewasa (> 12 tahun) diberikan 500 mg tiap 6 jam, dengan dosis total 1500 mg.
Tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui karena mempunyai efek fetotoksik pada binatang percobaan.
Waktu paruh halofantrin adalah 1-2 hari, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 6 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obatobat antimalaria lainnya.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan mendekati 100%, waktu bebas demam 1-3 hari, dan bebas parasite 2-3 hari.
Efek samping obat ini ringan dan sementara yaitu gangguan saluran pencernaan : mual, sakit perut, dan diare.
Merupakan obat antimalaria golongan penantren metanol. Obat ini belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara (Perancis dan negara-negara Afrika Barat) obat ini dalam waktu dekat akan dipakai. Di Indonesia obat ini sedang diteliti.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, 500 mg/kapsul, dan 100 atau 250 mg/5 ml suspensi. Diberikan secara oral dengan dosis untuk anak-anak 8-10 mg/kgbb, tiap 6 jam, dengan dosis total 24 mg/kgbb. Untuk orang dewasa (> 12 tahun) diberikan 500 mg tiap 6 jam, dengan dosis total 1500 mg.
Tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui karena mempunyai efek fetotoksik pada binatang percobaan.
Waktu paruh halofantrin adalah 1-2 hari, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 6 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obatobat antimalaria lainnya.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan mendekati 100%, waktu bebas demam 1-3 hari, dan bebas parasite 2-3 hari.
Efek samping obat ini ringan dan sementara yaitu gangguan saluran pencernaan : mual, sakit perut, dan diare.
6. Qinghaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton. Obat ini belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Merupakan obat tradisionil Cina dari ekstrak tumbuhan Artemesia annua L (Qinghao) yang sebenarnya sudah dipakai sejak ribuan tahun yang lalu. Selain di Cina, qinghaosu juga diteliti di Birma dan Thailand.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini baik untuk mengobati malaria berat atau dengan komplikasi karena efek obat yang sangat cepat.
Dikemas dalam bentuk tablet (artemisin-qinghaosu) untuk per oral, dalam larutan minyak (artemeter) untuk sun- tikan intramuskular, dalam larutan garam fisiologis (artesunat) untuk suntikan intravena atau intramuskular, dan dalam bentuk supositoria untuk rektal supositoria.
Dosis yang efektif masih diteliti. Dosis total untuk orang dewasa adalah tablet : 2,5-3,2 g, larutan minyak : 0,6-1,2 g, dan larutan garam fisiologis : 1,2 g.
Tidak diberikan pada wanita hamil karena mempunyai efek fetotoksik. Waktu paruh qinghaosu adalah 7 jam dan konsentrasi maksimum dalam plasma terlihat setelah 0,5-4 jam pemberian obat. Tidak ditemukan kasus resistensi silang dengan klorokuin. Obat ini sangat cepat menurunkan demam dan parasit. Waktu bebas demam yang dibutuhkan adalah 15-22 jam, sedangkan bebas parasit antara 30-68 jam. Angka rekrudensi cukup tinggi yitu > 18% yang biasanya timbul pada hari ke 15-30 setelah pengobatan.
Efek samping obat ini yang didapat adalah penurunan jumlah lekosit dan retikulosit yang bersifat sementara.
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton. Obat ini belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Merupakan obat tradisionil Cina dari ekstrak tumbuhan Artemesia annua L (Qinghao) yang sebenarnya sudah dipakai sejak ribuan tahun yang lalu. Selain di Cina, qinghaosu juga diteliti di Birma dan Thailand.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini baik untuk mengobati malaria berat atau dengan komplikasi karena efek obat yang sangat cepat.
Dikemas dalam bentuk tablet (artemisin-qinghaosu) untuk per oral, dalam larutan minyak (artemeter) untuk sun- tikan intramuskular, dalam larutan garam fisiologis (artesunat) untuk suntikan intravena atau intramuskular, dan dalam bentuk supositoria untuk rektal supositoria.
Dosis yang efektif masih diteliti. Dosis total untuk orang dewasa adalah tablet : 2,5-3,2 g, larutan minyak : 0,6-1,2 g, dan larutan garam fisiologis : 1,2 g.
Tidak diberikan pada wanita hamil karena mempunyai efek fetotoksik. Waktu paruh qinghaosu adalah 7 jam dan konsentrasi maksimum dalam plasma terlihat setelah 0,5-4 jam pemberian obat. Tidak ditemukan kasus resistensi silang dengan klorokuin. Obat ini sangat cepat menurunkan demam dan parasit. Waktu bebas demam yang dibutuhkan adalah 15-22 jam, sedangkan bebas parasit antara 30-68 jam. Angka rekrudensi cukup tinggi yitu > 18% yang biasanya timbul pada hari ke 15-30 setelah pengobatan.
Efek samping obat ini yang didapat adalah penurunan jumlah lekosit dan retikulosit yang bersifat sementara.
7. Yingzhaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen pe- roksid. Obat ini baru dikembangkan dan didapatkan dari tanaman obat tradisionil Cina.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan tidak ditemukan resistensi silang dengan klorokuin, meflokuin, dan qinghaosu.
Obat ini baik digunakan dengan kombinasi. Dapat diberikan peroral, atau parenteral. Toksisitas rendah dan tidak ditemukan mutagenisitas.
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen pe- roksid. Obat ini baru dikembangkan dan didapatkan dari tanaman obat tradisionil Cina.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan tidak ditemukan resistensi silang dengan klorokuin, meflokuin, dan qinghaosu.
Obat ini baik digunakan dengan kombinasi. Dapat diberikan peroral, atau parenteral. Toksisitas rendah dan tidak ditemukan mutagenisitas.
8. Pironaridin
Merupakan obat antimalaria derivat hidroksianilino-benso-naphtiridin. Obat ini ban’ diteliti pada binatang percobaan dan in vitro.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan sensitif terhadap P. falciparum resisten kiorokuin.
Merupakan obat antimalaria derivat hidroksianilino-benso-naphtiridin. Obat ini ban’ diteliti pada binatang percobaan dan in vitro.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan sensitif terhadap P. falciparum resisten kiorokuin.
9. Falcimax TM
Merupakan obat antimalaria kombinasi kina, kinidin dan cinchonin.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Obat ini diberikan dengan dosis 12 mg/kgbb. flap 8 jam, selama 7 hari, per oral. Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan 100%, sedangkan efek samping obat ringan dan sementara.
Merupakan obat antimalaria kombinasi kina, kinidin dan cinchonin.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Obat ini diberikan dengan dosis 12 mg/kgbb. flap 8 jam, selama 7 hari, per oral. Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan 100%, sedangkan efek samping obat ringan dan sementara.
10. Lain-lain :
4-piridin metanol, ariltio kuinasolin, 2 fenil fenol, dihidrotriasin 13. Merupakan obat-obat antimalaria yang sedang diteliti pada binatang percobaan dan bersifat sisontosida darah.
4-piridin metanol, ariltio kuinasolin, 2 fenil fenol, dihidrotriasin 13. Merupakan obat-obat antimalaria yang sedang diteliti pada binatang percobaan dan bersifat sisontosida darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anti malaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasite bersel tunggal (Protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Obat anti malaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasite, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah.
3.2 SaranPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anti malaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasite bersel tunggal (Protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Obat anti malaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasite, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah.
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat anti malaria bila mengunjungi daerah endemik malaria.
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai berikut :
- Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria tertiana.
- Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut sebagai
malaria tersiana.
- Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana karena serangan
demam berulang pada tiap hari keempat.
- Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale deng