Menguasai seluk beluk produk yang dijual, merupakan suatu keharusan bagi setiap penjual. Masalah ini mirip dengan kondisi seorang guru, yang terlebih dahulu harus menguasai suatu ilmu, sebelum bisa mengajarkannya pada murid-murid. Barangkali, tugas penjual lebih berat dari pada tugas seorang guru, karena kalau guru cukup mengajar sesuatu menurut apa adanya, maka seorang penjual selain mengajar dan memperagakan, ia harus juga dapat memikat konsumen agar tertarik membeli produk yang ia jajakan.
Seorang penjual tidak akan bisa menarik minat calon pelanggan, selama ia tidak mampu menjelaskan dengan baik semua hal-ihwal barang atau jasa yang ia tawarkan, atau ia tidak bisa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Di atas itu, ia juga harus bisa mengalihkan pusat perhatian orang kepada faktor-faktor keunggulan produk secara maksimal, dan tanpa maksud menipu atau menyembunyikan hal-hal buruk, perlu diusahakan agar kesan orang terhadap faktor kelemahan produk bisa minimal. Perlu diingat, bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini. Tidak ada gading yang tak retak. Produk yang baik adalah produk yang disiapkan secara teknis sedemikian rupa oleh pabrik, sehingga semua kelemahannya sudah diperhitungkan tidak akan merugikan pemakai, selama prosedur yang benar, diperhatikan baik-baik. Oleh karenanya, pengetahuan tentang produk perlu sekali dikuasai oleh semua penjual, agar dalam penyerahannya kepada konsumen tidak akan menimbulkan kesan ada unsur-unsur penipuan.
Walaupun tujuan peragaan adalah untuk
menonjolkan keunggulan, namun unsur-unsur kelemahan harus juga
disampaikan secara jujur. Untuk mengatasi kelemahan produk, umumnya
pabrik telah menyiapkan prosedur-prosedur, aturan-aturan pemakaian yang
harus diikuti oleh konsumen. Sampaikanlah itu semua, ajarkan dan beri
contohnya. Dengan jalan ini, penjual akan mendapat rasa penghargaan dari
konsumennya sebagai orang yang jujur dan profesional.
Ada beberapa
penjual yang karena sifat malas dan ingin mudahnya saja, lantas
mengabaikan keharusan memiliki pengetahuan produk. Ia tidak mau membaca
spesifikasi barang, tidak juga mempelajari petunjuk pemakaian dan
lain-lainnya, sehingga melakukan penjualan secara “amatiran”. Saat
memberikan peragaan, ketika ditanya soal kelemahan produknya, ia
cenderung menutup-nutupi seakan barang itu adalah barang paling sempurna
didunia, atau ketika terdesak mencari jawaban, memberikan keterangan
“ngawur” dan dikarang-karang sendiri. Akibatnya, calon pelanggan tidak
respek terhadapnya. Mereka yang kritis malah curiga, jangan-jangan ini
sebuah penipuan!
Selanjutnya, untuk mengantisipasi adanya persaingan
dari produk-produk sejenis, seorang penjual dituntut untuk mampu
menggali segala nilai tambah yang mungkin ada dan tersembunyi didalam
sebuah komoditi. Misalnya, kita dapat mengambil sebuah model, umpamanya
buku. Dimata orang yang memiliki naluri kewiraniagaan, buku tidak hanya
berguna untuk satu hal tertentu saja, melainkan memiliki keaneka ragaman
manfaat, antara lain sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, sebagai
bahan bacaan dikala senggang, sebagai barang dagangan bagi kaum
pedagang buku, untuk sarana menulis dan menggambar, untuk hadiah kepada
seseorang, sebagai hiasan didalam rumah, sebagai status sosial bagi
orang-orang terpelajar, bisa sebagai bahan sumbangan ke perpustakaan
umum, bahkan buku bekas pun bisa dijual atau diloakkan.
Dengan
berbekal kejelian melihat nilai tambah dari sebuah produk, seorang
penjual akan bisa berhasil memenangkan sebuah persaingan yang amat
ketat. Disini berlaku hukum relativitas atas “selling points”
(faktor-faktor unggulan yang akan dijual) dari sebuah produk, yang
mengatakan bahwa terjadi atau tidaknya sebuah transaksi penjualan, bukan
ditentukan oleh kondisi produknya sendiri, melainkan oleh kelihaian
siwiraniaganya. Yang dimaksud tentu kepiawaian wiraniaga tersebut dalam
menggali selling points tadi. Ada pemeo yang mengatakan bahwa ditangan
seorang penjual yang hebat, (maaf), kotoran manusia pun bisa berubah
menjadi emas. Penulis melihat, pemeo ini bukanlah sekadar kata-kata
kiasan yang terlalu dilebih-lebihkan, melainkan sebuah ungkapan yang
benar terjadi secara fisik. Karena, ternyata ada seorang pengusaha yang
berhasil sukses, dengan jalan berkecimpung dalam bidang “pertinjaan”,
meliputi penyedotan, perbaikan dan pembuatan septic-tank, dan
sebagainya. Tentu kita dapat menyimpulkan, bahwa sesungguhnyalah
pengusaha tersebut mempunyai naluri bisnis yang amat tajam, sehingga
bisa melihat dan memanipulasi nilai-tambah pada tinja untuk menjadi
tambang emas bagi diri dan keluarganya !
Jelas bahwa setiap benda didunia ini mempunyai nilai manfaat, walaupun barang itu dibuat untuk maksud tertentu, atau malah mungkin tidak pernah dirancang untuk apapun juga, seperti daun kering misalnya, ia tetap bisa digunakan dan memiliki nilai tambah. Dengan kesadaran inilah seorang penjual akan bisa berkiprah sebaik-baiknya, seakan benda apapun akan bisa dijual tanpa banyak masalah.
Jelas bahwa setiap benda didunia ini mempunyai nilai manfaat, walaupun barang itu dibuat untuk maksud tertentu, atau malah mungkin tidak pernah dirancang untuk apapun juga, seperti daun kering misalnya, ia tetap bisa digunakan dan memiliki nilai tambah. Dengan kesadaran inilah seorang penjual akan bisa berkiprah sebaik-baiknya, seakan benda apapun akan bisa dijual tanpa banyak masalah.