Jangan Menilai Sebuah Buku Hanya Dengan Membaca Satu Halaman Saja
Jika Anda sekarang adalah seorang wirausahawan yang cukup berhasil, lalu Anda bertemu dengan seorang karyawan yang tampak rajin bekerja, akankah Anda lantas mencibir, seraya berkata dalam hati: “Hm, inilah figur seorang karyawan dan ia bekerja setengah mati, padahal biar sampai tua pun, ia tidak akan pernah bisa kaya..”
Kalau demikian halnya, kemungkinan besar Anda telah melakukan sebuah kekeliruan. Sebab, Anda telah melakukan penilaian atas masa depan seseorang hanya dari statusnya saat ini. Anda telah memvonis sebuah buku tebal hanya dengan membaca 1 halaman permulaan saja.
Ada banyak macam motivasi yang menyebabkan seseorang menjadi karyawan. Ada yang memang semata-mata karena alasan ekonomi demi mencari nafkah sehari-hari. Ada pula yang istilah kasarnya, ingin “numpang hidup”. Ada juga yang ingin mendapatkan status sosial. (Karyawan jenis ini biasanya bisa dicirikan dari kecenderungannya mencari kerja pada perusahaan-perusahaan besar atau perusahaan asing yang memiliki reputasi internasional/MNC = Multi National Company). Tapi ada satu jenis lagi yang perlu kita cermati, yaitu mereka yang sebenarnya berjiwa wirausaha, tapi karena perhitungan tertentu, mereka memilih untuk terlebih dahulu menjadi karyawan di perusahaan orang lain. (Tentang seluk-beluk motivasi kerja ini, Anda dapat membaca buku saya “Cermin Kepemimpinan” terbitan PT Elex Media Komputindo).
Alasan seorang cikal-bakal wirausahawan menjadi karyawan terlebih dulu, biasanya tidak jauh dari 2 hal penting: mengumpulkan modal, serta belajar dari pengalamannya bekerja di perusahaan orang lain.
Tahukah Anda bahwa ada banyak sekali tokoh-tokoh kewirausahaan yang berasal dari kuadran E (mployee)? Beberapa di antaranya adalah:
1) Konosuke Matsushita: Tokoh ini adalah tokoh wirausaha kelas dunia. Ialah raja peralatan listrik dari Jepang, dengan perusahaannya Matsushita Corporation. Ia merintis karirnya dengan jalan bekerja pada orang lain terlebih dahulu, antara lain menjadi pegawai toko sepeda dan karyawan perusahaan listrik.
2) Stan Shih: Ia adalah seorang tokoh bisnis asal Taiwan, yang berhasil membangun perusahaan produsen komputer merek ACER. Sebelum sukses meluncurkan Acer menjadi perusahan kaliber internasional, ia adalah seorang karyawan dari perusahaan elektronika “Qualitron”.
3) Enny Hardjanto: Saya rasa Anda tahu tokoh yang satu ini, sebab dulu ialah yang sering menghubungi Anda dalam urusan kartu kredit Citibank. Ya, Enny dulunya adalah Vice President Citibank Indonesia. Tapi ia telah memilih dunia usaha sebagai jalur karir lanjutannya, dengan mendirikan PT Hanesa Endera Sakti.
Dapatkah Anda membayangkan, seandainya Anda sebagai entrepreneur pada suatu saat bertemu tokoh-tokoh ini ketika mereka berstatus karyawan, lalu Anda mencibir kepada mereka seraya menggumam: “Anda karyawan, dan Anda tidak akan bisa kaya..” Beberapa tahun kemudian Anda bertemu lagi dengan mereka, dan ternyata tokoh-tokoh itu telah berlipat-lipat kali lebih sukses dari Anda, apa yang Anda rasakan? Saya rasa, sedikitnya Anda akan terperangah…bukan?
Kalau kita mengira bahwa “kewirausahaan” itu adalah sebuah profesi, maka saya khawatir bahwa kita telah keliru. Kewirausahaan sejatinya adalah sebuah nilai (entrepreneurship value) yang perwujudannya harus didukung oleh semangat kewirausahaan (entrepreneurship spirit). Oleh sebab itu, jangan heran kalau sekarang ini telah berkembang wacana tentang kewirausahaan di lingkungan perusahaan, yang penerapannya melibatkan para karyawan. Wacana itu sekarang populer dengan istilah “Intrapreneurship”. Tidak kurang dari perusahaan-perusahaan raksasa kaliber dunia sekarang terlibat dalam kegiatan-kegiatan Intrapreneurship, antara lain IBM, Xerox, Kodak dan lain sebagainya. (Lain kali akan saya coba untuk mengulas tentang Intrapreneurship ini).
Jika Anda sekarang adalah seorang wirausahawan yang cukup berhasil, lalu Anda bertemu dengan seorang karyawan yang tampak rajin bekerja, akankah Anda lantas mencibir, seraya berkata dalam hati: “Hm, inilah figur seorang karyawan dan ia bekerja setengah mati, padahal biar sampai tua pun, ia tidak akan pernah bisa kaya..”
Kalau demikian halnya, kemungkinan besar Anda telah melakukan sebuah kekeliruan. Sebab, Anda telah melakukan penilaian atas masa depan seseorang hanya dari statusnya saat ini. Anda telah memvonis sebuah buku tebal hanya dengan membaca 1 halaman permulaan saja.
Ada banyak macam motivasi yang menyebabkan seseorang menjadi karyawan. Ada yang memang semata-mata karena alasan ekonomi demi mencari nafkah sehari-hari. Ada pula yang istilah kasarnya, ingin “numpang hidup”. Ada juga yang ingin mendapatkan status sosial. (Karyawan jenis ini biasanya bisa dicirikan dari kecenderungannya mencari kerja pada perusahaan-perusahaan besar atau perusahaan asing yang memiliki reputasi internasional/MNC = Multi National Company). Tapi ada satu jenis lagi yang perlu kita cermati, yaitu mereka yang sebenarnya berjiwa wirausaha, tapi karena perhitungan tertentu, mereka memilih untuk terlebih dahulu menjadi karyawan di perusahaan orang lain. (Tentang seluk-beluk motivasi kerja ini, Anda dapat membaca buku saya “Cermin Kepemimpinan” terbitan PT Elex Media Komputindo).
Alasan seorang cikal-bakal wirausahawan menjadi karyawan terlebih dulu, biasanya tidak jauh dari 2 hal penting: mengumpulkan modal, serta belajar dari pengalamannya bekerja di perusahaan orang lain.
Tahukah Anda bahwa ada banyak sekali tokoh-tokoh kewirausahaan yang berasal dari kuadran E (mployee)? Beberapa di antaranya adalah:
1) Konosuke Matsushita: Tokoh ini adalah tokoh wirausaha kelas dunia. Ialah raja peralatan listrik dari Jepang, dengan perusahaannya Matsushita Corporation. Ia merintis karirnya dengan jalan bekerja pada orang lain terlebih dahulu, antara lain menjadi pegawai toko sepeda dan karyawan perusahaan listrik.
2) Stan Shih: Ia adalah seorang tokoh bisnis asal Taiwan, yang berhasil membangun perusahaan produsen komputer merek ACER. Sebelum sukses meluncurkan Acer menjadi perusahan kaliber internasional, ia adalah seorang karyawan dari perusahaan elektronika “Qualitron”.
3) Enny Hardjanto: Saya rasa Anda tahu tokoh yang satu ini, sebab dulu ialah yang sering menghubungi Anda dalam urusan kartu kredit Citibank. Ya, Enny dulunya adalah Vice President Citibank Indonesia. Tapi ia telah memilih dunia usaha sebagai jalur karir lanjutannya, dengan mendirikan PT Hanesa Endera Sakti.
Dapatkah Anda membayangkan, seandainya Anda sebagai entrepreneur pada suatu saat bertemu tokoh-tokoh ini ketika mereka berstatus karyawan, lalu Anda mencibir kepada mereka seraya menggumam: “Anda karyawan, dan Anda tidak akan bisa kaya..” Beberapa tahun kemudian Anda bertemu lagi dengan mereka, dan ternyata tokoh-tokoh itu telah berlipat-lipat kali lebih sukses dari Anda, apa yang Anda rasakan? Saya rasa, sedikitnya Anda akan terperangah…bukan?
Kalau kita mengira bahwa “kewirausahaan” itu adalah sebuah profesi, maka saya khawatir bahwa kita telah keliru. Kewirausahaan sejatinya adalah sebuah nilai (entrepreneurship value) yang perwujudannya harus didukung oleh semangat kewirausahaan (entrepreneurship spirit). Oleh sebab itu, jangan heran kalau sekarang ini telah berkembang wacana tentang kewirausahaan di lingkungan perusahaan, yang penerapannya melibatkan para karyawan. Wacana itu sekarang populer dengan istilah “Intrapreneurship”. Tidak kurang dari perusahaan-perusahaan raksasa kaliber dunia sekarang terlibat dalam kegiatan-kegiatan Intrapreneurship, antara lain IBM, Xerox, Kodak dan lain sebagainya. (Lain kali akan saya coba untuk mengulas tentang Intrapreneurship ini).