Secara umum, astronomi adalah ilmu yang mempelajari
hal ikhwal alam semesta. Apakah itu gerak mekaniknya, bagaimana semesta
itu dimulai, bagaimana sebuah bintang seperti Matahari lahir dan
mengakhiri hidupnya, dan lain-lain. Tidak seperti ilmu fisika, biologi
dan kimia, di mana eksperimen dapat dikerjakan di dalam laboratorium,
dan semua obyek eksperimen dapat dimanipulasi, laboratorium astronomi
adalah semesta itu sendiri. Obyek astronomi tak dapat dipegang, apalagi
dimanipulasi.
Para peneliti astronomi bersifat pasif, mereka hanya dapat menerima
semua informasi yang datang. Lalu dengan kekuatan analisa Matematika -
Fisika - Kimia - Biologi, data-data itu diolah sedemikian sehingga
dihasilkan kesimpulan-kesimpulan yang valid tentang alam semesta.
Pertanyaannya, bagaimana informasi semesta itu datang?
Informasi itu datang dalam wujud seberkas cahaya, atau secara umum
berupa gelombang elektro-magnetik (GEM). Jadi, kalau kita mengenal
sifat-sifat cahaya dengan baik, atau secara mendalam belajar GEM, maka
informasi semesta yang dibawa oleh cahaya dari bintang-bintang yang jauh
akan ada dalam genggaman.
Nah, seberapa jauh informasi yang dibawa cahaya itu datang?
Cahaya sebuah bintang bisa datang dari tempat yang amat dekat, yaitu
Matahari yang berjarak 150 juta km atau satu satuan astronomi [1 AU];
bisa juga dari tempat yang sangat-sangat jauh. Seberkas cahaya bisa saja
memerlukan waktu hingga milyaran tahun untuk bisa sampai di depan lensa
obyektif sebuah teropong. Bayangkan, seberkas cahaya menempuh
perjalanan selama itu, menembus ruang hampa semesta yang dingin, gelap
dan kering, dan akhirnya sampai
ke tempat kita untuk memberitahu
'sesuatu' tentang tempat asalnya di ujung sana.
Untuk alasan kepraktisan, satu tahun cahaya (one light year)
kemudian dipakai sebagai satuan jarak dalam astronomi. Satu tahun
cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya selama setahun penuh. Karena
kecepatannya yang tetap, yaitu c = 3.108 m/s, maka dengan
menggunakan persamaan gerak lurus beraturan (GLB) kita dapatkan jarak
tempuh cahaya dalam setahun: d = c.t = 3x108 m/s x 365,25 x 24 x 60 x 60 s = 9,46x1015
m. Angka ini pasti sulit dibayangkan, tapi ini kira-kira adalah enam
puluh tiga ribu kalinya jarak Bumi ke Matahari, alias 63000 AU.
Bandingkan dengan cahaya Matahari yang hanya butuh 8,3 menit cahaya
untuk sampai ke permukaan Bumi.
Apa yang kita pelajari dari hal ini? Jika malam ini kita
berada di depan teropong mengamati sebuah bintang, yang cahayanya
menempuh jarak 100 tahun cahaya, bukankah ini berarti kita sedang
'melihat masa lalu', tepatnya kejadian 100 tahun lalu di mana kakek kita
pun mungkin baru saja dilahirkan? Contohnya jika malam ini kita melihat
sebuah bintang raksasa yang meledak, yang mengakhiri hidupnya dengan
membentuk Supernova dan gambar cantiknya berhasil ditangkap teropong
Hubble. Jangan salah: peristiwa ini bisa jadi adalah peristiwa 1000
tahun yang lalu, sebab cahaya dari ledakan itu baru saja menempuh
perjalanan 1000 tahun cahaya untuk sampai ke mata kita melalui teleskop.
Dari berbagai arah, Hubble menangkap ragam bintang dan galaksi:
besar-kecil, jauh-dekat, tua-muda. Tua-muda? Ya, ternyata bintang juga
lahir dan mati. Dari gambar-gambar yang sangat melimpah yang ditangkap
Hubble, kita belajar bagaimana bintang itu lahir dan juga bagaimana
bintang itu mengakhiri hidupnya. Ini membuat kita belajar banyak, tidak
hanya tentang semesta, tetapi juga tentang hakekat keberadaan kita di
dunia ini.