Dalam
suatu bisnis adalah hal biasa jika memperoleh kerugian dalam operasi
bisnisnya, namun manajemen harus bisa menarik pembelajaran dari setiap
kerugian yang terjadi. Tanpa proses pembelajaran dari setiap kerugian
yang terjadi, perusahaan akan mengulangi kesalahan yang sama. Kegagalan
atau kerugian dalam setiap kasus bisnis bersifat unik, ada yang
terungkap dalam beberapa hari saja, namun ada pula yang berlangsung
dalam jangka panjang yang bisa membuat perusahaan bangkrut.
Dari
berbagai kasus, kita dapat menarik tema yang sama dari kasus tersebut,
yang dibagi dalam tujuh pelajaran penting. Adapun ketujuh hal yang perlu
dilakukan yaitu:
- Kenali bisnis anda
- Kembangkan sistem checks and balances
- Tetapkan limit dan ruang lingkup
- Fokus pada kas anda
- Gunakan ukuran yang tepat
- Berikan kompensasi sesuai kinerja yang anda kehendaki
- Ciptakan keseimbangan yin dan yang.
Pelajaran 1: Kenali Bisnis Anda
Kenali
bisnis anda bukan hanya penting untuk manajemen yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan mengambil keputusan bisnis, namun juga penting untuk
seluruh karyawan. Mengapa? Karena karyawan perlu mengetahui bagaimana
akuntabilitas mereka bisa berdampak akan kemajuan bisnis perusahaan, dan
bagaimana fungsi dan tanggung jawab mereka dengan pihak-pihak lainnya
di dalam organisasi.
Kegagalan
mengenali bisnis ini merupakan faktor penting dalam bencana yang
dialami Kidder, Peabody. Pimpinan penegakan hukum SEC (Securities and
Exchange Commision) Gary Lynch melaporkan bahwa para penyelia tidak
pernah memahami aktivitas transaksi harian dan sumber keuntungan yang
dibuatnya, sementara para auditor GE Capital benar-benar kurang memahami
tentang perdagangan obligasi pemerintah. Secara tajam,
laporan Lynch dengan tajam menyoroti kegagalan manajemen untuk
mengawasi, memahami, memantau aktivitas di meja perdagangan.
Kita
juga pernah melihat bagaimana Pimpinan tak mengenali apa yang
kemungkinan dapat dilakukan oleh bawahannya sehari-hari. Seorang
Pimpinan, tidak bisa hanya sekedar mendelegasikan wewenang, dan hanya
mengontrol dari jarak jauh, namun sewaktu-waktu seorang Pimpinan harus
memahami dan mengetahui risiko yang mungkin terjadi pada pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya. Dalam proses ini, melakukan cuti wajib atau
mutasi perlu dilakukan, untuk memberikan “jeda”, serta bisa melihat
pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang sebelumnya. Banyak kejadian,
permasalahan baru diketahui, setelah orang yang bersangkutan di
mutasikan ke tempat lain. Bagi orang yang baru dipindahkan ke tempat
baru, pertama-tama adalah mempelajari dulu sistim prosedur di tempat
baru, proses bisnis yang dilakukan oleh bawahan di tempat yang baru,
melihat apakah semua telah berjalan normal dan sesuai aturan yang
ditetapkan. Hal ini dilakukan, karena orang yang baru menggantikan tak
ingin kena getahnya, karena kesalahan orang yang digantikan terdahulu.
Pelajaran 2: Kembangkan sistem checks dan balance
Sistem checks
and balance, mencegah individu atau kelompok tertentu memiliki wewenang
berlebihan dalam mengambil risiko atas nama organisasi. Langkah ini
juga merupakan upaya diversifikasi portofolio orang and proses.
Sistem checks and balance, bersama-sama dengan pemisahan tugas utama,
bukan hanya menjaga terjadinya kesalahan oleh manusia, proses dan
sistem, namun sangat penting untuk tercapainya manajemen yang sehat.
Kehancuran Barings Bank dapat menjadi contoh dari prinsip ini. Fungsi
perdagangan maupun akuntansi di cabang Barings BankSingapura bertanggung
jawab pada Nick Leeson, yang memungkinkan menyembunyikan kerugian
menumpuk selama setahun.
Fungsi checks
and balance ini, kadang dikenal juga dengan istilah built in control.
Ada pemisahan antara maker, checker dan signer. Andaikata kekurangan
karyawan, maka minimal harus ada dua pihak independen. Hal ini berlaku
pula untuk pemisahan antara policy (pembuat kebijakan), proses analisis
(yang mengeksekusi), serta administrasi. Tanpa checks and balance,
perusahaan akan kesulitan mendeteksi terjadinya risiko sejak dini, dan
atas kesalahan siapa.
Pelajaran 3: Tetapkan Limit dan Ruang Lingkup
Bila
strategi bisnis dan perencanaan produk memberikan “arah yang hendak
dituju”, maka limit dan ruang lingkup memberikan tanda “kapan harus
berhenti.” Limit risiko untuk kredit, antara lain risk adjusted
limits oleh pihak ketiga, risk grade, industri dan Negara. Untuk risiko
oprasional, batas risiko yang mencakup, antara lain: standar kualitas
minimum untuk operasi, sistem, atau proses. Limit tersebut tidak hanya
pada risiko finansial dan operasional, namun juga untuk mengendalikan
risiko bisnis, misalnya standar untuk praktek penjualan dan keterbukaan
produk. Ruang lingkup juga perlu dikembangkan untuk mengendalikan risiko
organisasional, seperti kebijakan pengangkatan karyawan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan latar belakang calon karyawan, atau
kebijakan pengakhiran hubungan kerja jika seorang karyawan melanggar
kebijakan perusahaan. Tanpa batas dan ruang lingkup yang jelas,
manajemen sebuah perusahaan yang sedang bertumbuh dengan cepat dapat
disamakan dengan pengemudi tanpa rem.
Pendelegasian
wewenang memang perlu, namun Pemberi delegasi tetap bertanggung jawab
atas sebagian wewenang yang diberikan. Limit diperlukan untuk menetapkan
standar, untuk menetapkan batas risiko yang dapat diserap. Pada berita
akhir-akhir ini, kita bisa melihat, bahwa penanganan SDM sebuah
perusahaan sangat unik. kita bisa melihat bagaimana ASTRA, walau
ditinggal Pemimpinnya secara mendadak tetap berjalan. Di satu sisi ada
perusahaan yang menanggung risiko karena pemberian limit yang berlebihan
pada salah satu manager. Walau seorang manager dianggap handal dan
berkualitas, tetap ada batas risiko yang bisa diserap oleh perusahaan.
Pelajaran 4: Fokus pada Kas Anda
Seorang
perampok terkenal pernah ditanya, mengapa dia merampok Bank.
Jawabannya, “karena disana ada uang.” Jawaban sederhana ini mengandung
pelajaran penting bagi seluruh institusi keuangan maupun bagian keuangan
peruahaan. Kejahatan, baik fraud (penipuan), penyalahgunaan, atau
pencurian, mengikuti kas. Kesalahan perdagangan dan operasional
perusahaan akan terasa akibatnya bila membawa dampak terhadap kas. Oleh
karena itu, penting untuk memastikan bahwa terdapat mekanisme
pengelolaan posisi dan arus kas yang memadai di perusahaan mencakup
mekanisme pengendalian, berupa otorisasi pengajuan, persetujuan, dan
pelaksanaan transfer: proses internal untuk mengukur, memantau,
merekonsiliasi, dan mencatat/mendokumentasi transaksi kas.
Teknologi
baru seperti e-commerce, electronic banking dan smart cardsmenghadapkan
institusi keuangan pada tantangan baru. Manajemen keuangan dan kas yang
tidak memadai membuka peluang untuk tindakan curang yang tidak
terlacak, serta menjadi wilayah “buta” untuk kesalahan perdagangan
operasional. Selang waktu panjang antara laba yang dilaporkan dan arus
kas aktual harus menjadi perhatian pada perusahaan apapun.
Mengutip
seorang analis, “Cash is king. Accounting is opinion.” Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengenal istilah cash flow, benar-benar aliran kas
keluar masuk. Jika pada neraca dan rugi laba terlihat bagus, namun yang
perlu dilihat adalah aliran kas riil, karena kas adalah darah
perusahaan.
Pelajaran 5: Gunakan ukuran yang tepat
Ukuran
kesuksesan yang digunakan oleh perusahaan untuk melacak kinerja
individual dan kelompok merupakan pendorong utama perilaku, dan juga
pendorong utama risiko. Perusahaan sering menetapkan target kinerja
berdasarkan tingkat penjualan, pendapatan, dan laba. Ada pula yang
melakukan pendekatan dengan balance scorecard, melengkapi ukuran
finansial dengan ukuran kinerja yang terkait dengan kualitas, kepuasan
pelanggan, dan proses internal lainnya. Jika manajemen ingin mendapatkan
hasil yang tepat (perspektif risiko yang tepat), penting agar
ukuran-ukuran risiko dimasukkan ke dalam berbagai proses yang
menghasilkan laporan manajemen pengukuran kinerja. Serangkaian risiko
yang terintegrasi dapat membantu manajemen dengan informasi yang tepat
waktu, mengenai berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, termasuk
indikator-indikator risiko aktual dan peringatan dini.
Penggunaan
ukuran yang tidak tepat merupakan salah satu faktor yang membawaBausch
& Lomb (perusahaan kacamata dan contact lens) kedalam kesulitan.
Pemusatan perhatian pada target pendapatan, ditambah amosfir yang amat
sangat menuntut, menghasilkan perilaku yang membawa dampak yang tidak
diinginkan di berbagai tingkatan, dari ketidakpuasan pelanggan hingga
harga saham.
Berbagai
bencana yang menimpa perusahaan secara mendasar disebabkan oleh
keinginan untuk sukses yang terlalu besar. Perusahaan yang menekankan
pertumbuhan dengan segala cara (at all costs), membawa dampak pada
berbagai kerugian pada perusahaan. Perusahaan lain secara regular
menetapkan target pertumbuhan 15-20 persen setahun. Perusahaan ini
hendaknya bertanya pada diri mereka sendiri, apakah target ini realistis
bila perekonomian secara umum hanya tumbuh sekitar 3-4 persen? Tekanan
seperti apa yang yang ditimbulkan target ini terhadap unit bisnis?
Bagaimana sikap perilaku karyawan bila sasaran penjualan dan pendapatan
yang agresif tidak diimbangi dengan sistem pengendalian dan ukuran
risiko yang memadai?
Pelajaran 6: Berikan kompensasi sesuai dengan kinerja yang anda kehendaki
Sisi
lain pengukuran kinerja adalah wacana mengenai kompensasi dan insentif.
Organisasi perlu merancang dengan cermat bagaimana merencanakan dan
menerapkan kompensasi dan insentif, apakah kompensasi dan insentif
mempertegas perilaku dan kinerja yang diharapkan. Kombinasi pengukuran
kinerja dan kompensasi insentif merupakan salah satu pendorong untuk
perubahan perilaku dan organisasi, yang dapat mendukung tercapainya
berbagai sasaran manajemen risiko atau sebaliknya.
Perusahaan
perlu mengantisipasi dan memperhatikan dengan cermat, berbagai sinyal
yang dikirimkan sistem pengukuran kinerja dan kompensasi insentif, untuk
memastikan bahwa sistem tersebut konsisten dengan sasaran-saran bisnis
dan manajemen risiko perusahaan. Seorang Profesor di UCLA pernah
mengatakan, “Jika anda berada di suatu perusahaan dan melihat
orang-orang pintar tengah melakukan hal-hal bodoh, 9 kali dari 10
kejadian, karena mereka dibayar untuk melakukan hal tersebut.” Struktur
insentif yang tidak tepat merupakan akar permsalahan terkait dengan
kurang kemandirian riset saham, sebagai contoh, analis saham
merekomendasi suatu saham kepada nasabah, tetapi mereka sendiri secara
pribadi melepaskan saham tersebut.
Pemberian
target yang menantang, namun bisa dicapai, perlu penelitian dan
perhitungan yang tepat. Pemberian target yang terlalu tinggi juga
membahayakan, karena bawahan akan melakukan pada bidang-bidang yang
kemungkinan berisiko tinggi, agar target tercapai. Tak ada artinya
target tercapai, namun satu atau dua tahun kemudian timbul masalah.
Pelajaran 7: Ciptakan keseimbangan Yin dan Yang
Fokus
manajemen risiko saat ini adalah pengembangan infrastruktur: fungsi
manajemen risiko yang independen dan komite-komite pengawas, penilaian
risiko dan audit, kebijakan dan prosedur manajemen risiko, sistem dan
model, pengukuran dan pelaporan, limit risiko serta proses pengecualian
(exception). Semua ini membentuk sisi keras atau hard side (yin)
manajemen risiko. Setara dengan itu, perusahaan perlu memberikan
perhatian pada sisi lunak atau soft side (yang) manajemen risiko.
Sisi lunak manajemen risiko, mencakup:
- Pemberian contoh dan pengembangan kesadaran melaui demonstrasi komitmen manajemen senior.
- Penetapan prinsip yang akan memadukan budaya dan nilai-nilai risiko perusahaan.
- Memfasilitasi komunikasi terbuka dalam membahas wacana seputar risiko, eskalasi eksposur, dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik.
- Penyediaan program pelatihan dan pengembangan
- Penegasan perilaku dan hasil yang diinginkan dengan pengukuran kinerja dan insentif.
Soft side fokus pada orang, keahlian, budaya, nilai dan insentif. Dalam banyak hal, komponen soft side merupakan pendorong (drivers) utama kegiatan pengambilan risiko, sementara komponen hard side sebagai faktor yang memungkinkan (enablers), yang mendukung aktivitas manajemen risiko. “Tidak ada hasil tanpa risiko, tetapi risiko hendaknya diambil tidak secara serampangan atau acak.” Itu berarti Yin dan Yang dalam manajemen risiko diperlukan, para managerhendaknya mengambil pendekatan yang seimbang dalam mengelola risiko di perusahaan.
Sumber: mohariefmasulili.blogspot.com