PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT telah menurunkan Al Quran secara bertahap, teratur, terencana,
dan sempurna. Ash shalatu was salamu ‘ala Muhammad saw wa ‘ala alihi
washahbihi wassalim, untuk totalitasnya dalam memperjuangkan Al Quran
agar sampai ke seluruh umat manusia. Tentu itu adalah tugas yang berat.
apa jadinya mereka tidak tahan dan lelah di tengah jalan? Bagaimanalah
jadinya jika mereka berkhianat dari tugasnya menyampaikan risalah agung
dalam Al Quran? Tentu Islam tidak akan sampai ke Indonesia, kepada orang
tua kita, dan mungkin “na’udzubillah” kita tidak akan menjadi seorang
Muslim. Oleh karena itu, kita pantas dan harus bersyukur atas keduanya,
rencana Allah dan jihad Rasul-Sahabat.
Untuk itu makalah ini kami buat guna menghayati dan mempelajari apa yang
telah Allah turunkan kepada nabi Muhammad SAW, khususnya QS. Al
Muddatstsir ayat 1-7.
B. Rumusan Masalah
- Apa arti masing-masing ayat QS. Al Muddatstsir ayat 1-7?
- Apa makna yang terkandung dalam QS. Al Muddatstsir ayat 1-7?
- Bagaimana QS. Al Muddatstsir ayat 1-7 diturunkan?
- Apakah hubungan antara QS. Al Muddatstsir ayat 1-7 dengan dunia pendidikan?
C. Tujuan
- Mengetahui arti masing-masing ayat QS. Al Muddatstsir ayat 1-7
- Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam QS. Al Muddatstsir ayat 1-7
- Mengetahui cara QS. Al Muddatstsir ayat 1-7 diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
- Mengetahui adanya hubungan antara QS. Al Muddatstsir ayat 1-7 dengan dunia pendidikan
1. Ayat dan terjemah dari Q.S Al-Muddatstsir 1-7
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu
berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah,
Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
2. Isi kandungan Q.S Al-Muddatstsir 1-7
- Mengajak manusia untuk bersegera dalam mengajak umat manusia kejalan yang benar. Bersiap menyatukan tekad dan member peringatan kepada umat manusia.
- Mengagungkan asma Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya dan yang memberikan ampunan terhadap taubat dari hamba-hambanya.
- Manusia hendaklah membersihkan hati dari dosa-dosa di masa lalu dan tidak melakukan dosa yang akan dating dengan iman dan takwa kepada Allah SWT.
- Memberikan sesuatu apa yang kita miliki baik tenaga,pikiran,jiwa dan semuanya dengan mengharap ridha Allah SWT tanpa mengharapkan imbalan yang lebih di dunia.
- Hidup ini banyak rintangan yang menghadang,cobaan-cobaan yang membuat orang putus asa akan tetapi,hendaknya manusia bersabar dalam menjalankannya karena dengan kesabaran yang lebih, setelah kesusahan pastilah ada kemudahan.
- Mengajak manusia agar selalu ingat kepada Allah SWT
3. Asbabun Nuzul
Imam al-Bukhari meriwayatkan,Rosulullah SAW bersabda : “aku pernah menyendiri di gua hira. Setelah selesai menyendiri, akupun turun, tiba-tiba ada suara yang berseru kepadaku, maka aku menoleh ke kanan, tetapi aku tidak melihat sesuaatu apapun. Kemudian aku melihat ke depan tetapi aku tidak melihat sesuatu.
Selanjutnya aku, melihat ke belakang,
tetaqpi aku tidak menemukan siapa-siapa. Kemudian aku mengangkat
kepalaku, ternyata aku melihat sesuatu. Kemudian aku mendatangi Khadijah
dan kukatakan, `selimutilah aku dan siramkan air dingin ke tubuhku.’
–Dia berkata-maka turunlah ayat: ‘hai orang yang berselimut, bangunlah,
lalu berilah peringatan, dan Rabb-mu agungkanlah.’
Dalam hadist yang lain, Muslim melalui jalan ‘Uqail, dari Ibnu Syihab,
dari Abu Salamah, dia berkata : “ Jabir bin ‘Abdillah memberitahuku
bahwa dia mendengar Rasulullah SAW pernah memberitahu tentang masa
penurunan wahyu, di dalam haditsnya itu beliau bersabda :
“ketika aku berjalan, tiba-tiba akku mendengar suara dari langit, lalu aku mengarahkan pandangan ke langit, ternyata ada malaikat yang mendatangiku di gua Hira dengan duduk di atas kursi antara langit dan bumi.
“ketika aku berjalan, tiba-tiba akku mendengar suara dari langit, lalu aku mengarahkan pandangan ke langit, ternyata ada malaikat yang mendatangiku di gua Hira dengan duduk di atas kursi antara langit dan bumi.
Maka aku menjadi takut/panic karenanya sehingga aku pun tersungkur
ke tanah. Kemudian aku mendatangi keluargaku dan kukatakan: ‘selimuti
aku, selimuti aku, selimuti aku.’ Lalu turunlah ayat : ‘yaa ayyuhal
muddatstsir, qum fa andzir sampai kata fahjur.’”
Dari Imam Ahmad, Jabir bin ‘Abdillah memberitahu bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“kemudian wahyu sempat terhenti turun kepadaku beberapa waktu. Dan ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, lalu aku mengangkat pandanganku kea rah langit, ternyata
“kemudian wahyu sempat terhenti turun kepadaku beberapa waktu. Dan ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, lalu aku mengangkat pandanganku kea rah langit, ternyata
Malaikat yang
dulu pernah mendatangiku tengah duduk di atas kursi di antara langit dan
bumi. Maka aku pun dibuat sangat takut/panic olehnya sehingga aku jatuh
tersungkur ke tanah. Selanjutnya, aku mendatangi keluargaku dan
kukatakan kepada mereka: ‘selimuti aku, selimuti aku, selimuti aku.’
Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat : “Hai orang yang berkemul
(berselimut), Bangun, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah!
Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa(menyembah berhala)
tinggalkanlah,.’Kemudian wahyu terpelihara dan turun
berturut-turut.”diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadits az-Zuhri.
D. Hubungan antara Q.S Al-Muddatstsir 1-7 dengan pendidikan
Ilmu ibarat sebuah permata yang sangat bernilai dan tak terkira harganya. Dengan ilmu, Adam ‘alaihissalam dimuliakan di atas seluruh makhluk, hingga para malaikat diperintah untuk sujud kepadanya.
Dalam Q.S Al Muddatstsir ayat 1-7 menegaskan bahwa sebaiknya umat muslim
agar bersegera untuk saling mengingatkan saudara-saudara muslim kita
yang telah lupa, khilaf, agar menuju jalan yang di ridhai oleh Allah
SWT. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka hendaknya umat muslim
agar kembali ke fitrahnya yang suci dan bersih dari kotoran dan dosa.
Manusia hidup di dunia janganlah bermalas-malasan segera melaksanakan
apa yang menjadi kewajiban manusia begitu pula dengan pendidik dan
peserta didik rajin-rajinlah mereka dalam menunaikan kewajiban mereka.
Memohon ampunan akan dosa-dosa yang telah lalu dan tidak mengulanginya
dimasa yang akan dating dengan beriman dan bertakwa padaNya, karena
sebagai seorang pendidik akan menjadi contoh bagi lingkungannya yang
meliputi lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya. Sehingga ia menjadi
contoh yang baik.
Dari Abu ‘Amr Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam, maka dia akan
mendapatkan pahalanya, dan pahala sebesar pahala orang yang
mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa yang memberikan contoh yang jelek, dia akan mendapatkan
dosanya dan dosa sebesar dosa orang yang mengikuti dia, tanpa mengurangi
dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
mudahkan baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa para penuntut ilmu agama
berada di atas kebaikan yang besar. Mereka di atas jalan keberuntungan
dan kebahagiaan, tentunya bila benar/lurus niatnya dalam menuntut ilmu,
karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ingin
mengamalkannya, bukan karena riya` dan sum’ah atau tujuan-tujuan dunia
lainnya.
Ia mempelajari ilmu hanya karena ingin mengetahui agamanya, mengetahui
perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan kepadanya. Dan bermaksud
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, hingga
ia belajar
dan mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya kepada orang lain.
Setiap jalan yang ia tempuh dalam menuntut ilmu adalah jalan menuju
surga, baik jalan tersebut secara hakiki ataupun maknawi. Perjalanan
jauh yang ditempuhnya dari satu negeri menuju ke negeri lain,
berpindahnya dari satu halaqah ke halaqah yang lain, dari satu masjid ke
masjid lain, dengan tujuan mencari ilmu, ini semua teranggap jalan yang
ditempuh guna beroleh ilmu. Demikian pula diskusi tentang kitab-kitab
ilmu, meneliti dan menulis, semuanya pun teranggap jalan guna beroleh
ilmu.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dipelajari dalam rangka
mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin
beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga pada
hari kiamat.” (HR. Abu Dawud1)
Ini merupakan ancaman yang besar bagi orang yang jelek niatannya dalam
menuntut ilmu. hendaknya engkau ikhlas dalam beribadah dan meniatkannya
hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya pula engkau
bersungguh-sungguh dan penuh semangat dalam menempuh jalan-jalan ilmu
dan bersabar di atasnya, kemudian mengamalkan apa yang terkandung dalam
ilmu tersebut. Karena tujuan dari belajar ilmu adalah untuk diamalkan,
bukan karena ingin dikatakan alim atau pun mendapatkan ijazah. Namun
tujuannya adalah agar engkau dapat mengamalkan ilmumu dan membimbing
manusia menuju kebaikan, dan agar engkau menjadi pengganti para rasul
dalam dakwah kepada kebenaran.
Sabar menghadapi berbagai karakter, tingkah laku dan tingkat kecerdasan
anak-anak didiknya. Karena, itu semuanya adalah ujian dan cobaan dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang fitrah manusia akan mencintai anak
yang penurut, pandai, cerdas dan berakhlak baik. Namun kecintaan itu
tidak boleh menghalanginya untuk mendidik dengan adab yang benar atau
justru membawanya berbuat tidak adil terhadap anak didiknya yang lain,
misalnya dalam pemberian atau hibah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga sangat mencintai.
Fathimah radhiyallahu ‘anha, namun beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَأَيْمُ اللهِ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعَ مُحَمَّدٌ يَدَهَا
“Demi Allah, bila Fathimah bintu Muhammad mencuri, sungguh Muhammad
akan memotong tangannya.”
(Muttafaqun ‘alaih, dari sahabat Usamah bin
Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
فَاتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah, dan bersikap adillah terhadap
anak-anakmu.” (Muttafaqun ‘alaih, dari sahabat An-Nu’man bin Basyir
radhiyallahu ‘anhuma)
Bila pendidik mendapati anak didik yang bandel, kurang beradab, tidak
cerdas atau banyak tingkah, maka kebenciannya tidak boleh menyeretnya
untuk berbuat zalim. Upaya pembenahan dan perbaikan terhadap anak yang
bandel atau banyak tingkah bisa diusahakan tanpa pukulan. Bisa dengan
nasihat secara lisan, atau dibentak, atau ditakut-takuti tanpa
berlebihan sehingga tidak menimbulkan sikap minder pada anak. Hal itu
dilakukan terlebih dahulu disertai dengan doa, karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya kelemahlembutan itu tidaklah ada dalam suatu perkara
kecuali akan menjadikannya bagus, dan tidaklah kelemahlembutan itu
dicabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya jelek.” (HR. Muslim,
dari‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Hanya saja, perlu dipahami bahwa semua ini ada banyak cobaan yang
mampu membuat kita menyerah di tengahnya. Oleh sebab itu, ada kata
ikhlas dan sabar yang harus terselip dalam kamus jihadnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Manusia hidup diharapkan agar senantiasa melaksanakan kewajiban sebagai manusia.
- Manusia diperintahkan untuk saling mengajak antar sesama manusia kepada kebenaran dengan mengacu pada keagungan Allah SWT.
- Meninggalkan perbuatan dosa dan menutup dosa di masa lalu dengan perbuatan yang baik atas Ridho Allah.
- Memberikan sesutau dengan ikhlas tanpa pamrih dan karena ingin berjihad di jalan Allah SWT
- Bersabar dalam menghadapi cobaan-cobaan di dunia ini, niscaya Allah akan memudahkan jalan yang kita lalui.
B. Saran
- Hendaknya para pendidik dan calon pendidik selalu bersabar dalam menghadapi masalah pada murid, rekan guru maupun bagi lingkungan.
- Selalu ikhlas dalam memberikan ilmu demi kelangsungan umat beragama dan hanya dengan ridha Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh.
2006. Tafsir Ibnu Katsir jilid 8. Jakarta: Pustaak Imam asy-Syafi’i.
Departemen Urusan Agama Islam Wakaf, Da’wah dan Irsyad. 1415 H. Al
Qur’an dan Terjemahnya. Saudi Arabia:Mujamma’Al Malik fahd Li Thiba’ At Al Mush-Haf Asy Syarif
2006. Tafsir Ibnu Katsir jilid 8. Jakarta: Pustaak Imam asy-Syafi’i.
Departemen Urusan Agama Islam Wakaf, Da’wah dan Irsyad. 1415 H. Al
Qur’an dan Terjemahnya. Saudi Arabia:Mujamma’Al Malik fahd Li Thiba’ At Al Mush-Haf Asy Syarif