Teks Khutbah Idul Adha Terbaru
Mengenang Kembali Wasiat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalâm dan Mengharapkan Perubahan Yang Terbaik
Oleh : Ust. Muhsin Hariyanto
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله له الملك وله الحمد وهو عل كل شيء قدير. الذي خلق الموت
والحياة ليبلوكم ايكم احسن عملا وهو العزيز الغفور. اشهد ان لااله الا الله
وحده لا شريك له الذى هدانا وانعمنا بالاسلام وامرنا بالجهاد ونور قلوبنا
بالكتاب المنير. واشهد ان محمدا عبده ورسوله الذى بلغ الرسالة وادى الامانة
ونصح الامة برسالته الخالدة رحمة للعالمين فى ايامنا هذا وفى يومئذ يوم
عسير على الكافرين غير يسير. اللهم صل وسلم على هذا النبى الكريم محمد بن
عبدالله وعلى اله واصحابه اجمعين. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَءَامِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ
رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh…
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Wa Lillâhil Hamd
Berabad-abad telah berlalu, di tanah kering dan tandus, di tengah
kegersangan kawasan yang meranggas, di atas bukit-bukit bebatuan yang
ganas, sebuah cita-cita universal umat manusia dipancangkan. Nabi
Ibrahim ‘Alaihis salâm, Abu al-Millah, telah memancangkan
sebuah cita-cita besar,yang kelak terbukti melahirkan sebuah peradaban
besar. Cita-cita kesejahteraan lahir dan batin. Sebuah kehidupan yang
secara psikologis mengisyaratkan kenyamanan, ketenteraman, kesentosaan
dan secara materi menciptakan kesuburan dan kemakmuran.
Mari kita baca kembali — dengan cermat — ayat al-Quran di bawah ini,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـٰذَا بَلَدًا آمِنًا
وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖقَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ
أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan(ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada
Allah dan hari kemudian. Allah berfirman:”Dan kepada orang yang kafir
pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa
neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS al-Baqarah/2: 126)
Pada hari ini jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus,
kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Mereka
coba merefleksikan maknanya pada berbagai bentuk ritual yang telah
diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Maka jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbîr, tahmîd, dan tahlîl,
sebagai refleksi dari rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada
Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di
tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang
menggambarkan eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb, Allah Yang
Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi
panggilan-Nya,“Labbaika Allâhumma labbaîk, labbaika lâ syarika laka labbaîk, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, lâ syarîka lak.”
Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalâm
itu adalah sebuah momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup
manusia sampai sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang
bersih, yang merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem
kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan tata aturan (syarî’ah) yang
telah menjadi dasar kehidupan bersama. Sebab idealitas dan kebersihan
sebuah masyarakat hanya mungkin terjadi jika terdapat kesesuaian antara
realitas aktual dengan keyakinan (‘aqîdah) ,nilai-nilai luhur (akhlâq), dan tata aturan (syarî’ah)
yang diyakini, yang refleksinya adalah: “terbangunnya kehidupan yang
seimbang dan tenteram; strukturnya yang stabil dan kokoh; dan
produktivitasnya laksana kebun yang pohon-pohonnya rindang yang
akar-akarnya kokoh menghunjam ke bumi,tertata dan terawat, enak
dipandang, dan buah (kemanfaatan)-nya tidak mengenal musim, serta
sekaligus menjadi tempat persemaian generasi mendatang .Sebagaimana
firman Allah,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ﴿٢٤﴾
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ﴿٢٥﴾
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS Ibrâhîm/14: 24-25)
Sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan tata kehidupan yang telah dipancangkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis salâm itulah yang terbukti melahirkan cita-cita ketenteraman dan kemakmuran hidup manusia. Itulah agama Nabi Ibrahim ‘Alaihis salâm,
agama Islam yang tulus dan jelas. Tidak ada yang membencinya kecuali
orang yang mezalimi, memerbodoh, dan merendahkan dirisendiri.
Ibrahim ‘Alaihis salâm adalah suri tauladan abadi.
Ketundukannya kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan
ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. “Ketika Allah
berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (berislamlah),” maka ia tidak
pernah menunda-nundanya walau hanya sesaat, tidakpernah terbetik rasa
keraguan sedikit pun, apa lagi melakukan penyimpangan. Ia menerima
perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan. Sebagaimanya
firmanNya,
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim pun menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (QS al-Baqarah/2: 131)
Ternyata keislaman Ibrahim ‘Alaihis salâm tidak hanya untuk
dirinya sendiri, ketundukannya kepadaajaran-ajaran dan syari’at Allah
bukan hanya untuk dirinya sendiri, bahkan tidakhanya untuk generasi
sezamannya, melainkan untuk seluruh generasi umat manusia.Atas dasar
itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepadanya untukanak
cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah mewasiatkanucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya`qub. (Ia berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah
telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama Islam”.Wahai anak-anakku! Sesungguhnyaa Allah telah
memilih agama ini bagimu!” (QS al-Baqarah/2: 132)
Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh …
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Wa Lillâhil Hamd
Apa yang diwasiatkan oleh NabiIbrahim ‘Alaihis salâm dan Nabi Ya’qub ‘Alaihissalâm
tersebut jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi
sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara utuh serta konsisten
dalam merealisasikan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima
dan menegakkan Islam serta memiliki konsistensi pada cita-cita luhur
adalah jaminan untuk memeroleh kesejahteran hidup. Sebaliknya,
ketidakpatuhan dan inkonsistensi kepada Islam dapat menjermuskan
kehidupan kaum muslimin ke dalam lembah yang penuh nestapa dan akan
menjerembabkan manusia ke dalam krisis multi dimensi yang
berkepanjangan. Mereka akan menjadi generasi yang rapuh, bertolak
belakang dengan harapan Nabi Ibrahim ‘Alaihis salâm.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, empat belas abad
lebih yang lalu telah memberikan isyarat tentang situasi yang akan
menimpa sebuah bangsa yang tidak memiliki konsistensi dalam menjalankan
tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai krisis multi-dimensional
yang berkepanjangan.
Beliau s.a.w. bersabda,
إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ كَثُرَ لُبْسُ الطَّيَالِسَةِ ، وَكَثُرَتِ
التِّجَارَةُ ، وَكَثُرَ الْمَالُ ، وَعَظُمَ رَبُّ الْمَالِ بِمَالِهِ
،وَكَثُرَتِ الْفَاحِشَةُ ، وَكَانَتْ إِمَارَةُ الصِّبْيَانِ ،
وَكَثُرَالنِّسَاءُ ، وَجَارَ السُّلْطَانُ ، وَطُفِّفَ فِي الْمِكْيَالِ
وَالْمِيزَانِ ،وَيُرَبِّي الرَّجُلُ جِرْوَ كَلْبٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ
يُرَبِّيَ وَلَدًا لَهُ، وَلاَ يُوَقَّرُ كَبِيرٌ ، وَلاَ يُرْحَمُ صَغِيرٌ
، وَيَكْثُرُ أَوْلاَدُ الزِّنَا ، حَتَّى أَنَّ الرَّجُلَ لَيَغْشَى
الْمَرْأَةَ عَلَى قَارِعَةِ الطَّرِيقِ ، فَيَقُولُ أَمْثَلُهُمْ فِي
ذَلِكَ الزَّمَانِ : لَوِ اعْتَزَلْتُمَاعَنِ الطَّرِيقِ ، وَيَلْبَسُونَ
جُلُودَ الضَّأْنِ عَلَى قُلُوبِ الذِّئَابِ ،أَمْثَلُهُمْ فِي ذَلِكَ
الزَّمَانِ الْمَدَاهِنُ.
“Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang
berpakaian jubah, dominasi perdagangan, harta kekayaan melimpah, para
pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela, kanak-kanak dijadikan
pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran dan
timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada
anaknya sendiri, tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak
menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang
bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik
di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkiri dari
jalan, mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala,orang
paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani dari Abu Dzar al-Ghiffari, dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath, Juz V, halaman 126, hadits nomor 4860; dan diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dari Abu Dzar al-Ghiffari, dalam kitab Al-Mustadrak, Juz III, halaman 386, hadits nomor 5465)
Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah s.a.w. tersebut pada
kenyataannya telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang
dirundung krisis multi dimensi ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya
manusia-manusia yang secara zahir berpenampilan rapi, bersih,menarik,
perlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau seolah ingin
menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan
kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya adalah mereka
membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan
bahkan sekadar untuk dirinya sendiri.
Orang-orang seperti itulah yang
kemudian populer disebut politisi ‘kotor’ dan birokrat ‘culas’.
Celakanya, tampilan diri yang dapat menutupi dan mengelabui pandangan
orang tentang kondisi batin yang sesungguhnya sehingga menjalani hidup
penuh dengan kepura-puraan telah menjadi realitas sosial yang membudaya.
Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya yang pada
akhirnya membiakkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar
terhadap keamanan dan kenyamanan hidup bermasyarakat.
Tentu saja gaya hidup seperti itulahyang mengobarkan kemunafikan dan
kepura-puraan di semua sektor kehidupan. Di sana ada politisi ‘kotor’,
birokrat ‘culas’, pemimpin yang tidak berkualitas yang kerjanya hanya
mengeruk kekayaan untuk dirinya sendiri, pedagang culas yang tidak
mengindahkan norma-norma, para suami-isteri dan orang tua yang tidak
berdaya, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat, bukan
saja oleh anak-anak muda, tetapi juga orang tua yang seharusnya menjadi
teladan bagi yang muda secara terang-terangan.
Dalam waktu yang sama ketidakberdayaan untuk memberantas berbagai
jenis perilaku menyimpang itu telah menyerang semua lapisan masyarakat.
Akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah. Perilakunya
telah melenceng jauh dari nilai-nilai dan aturan agama. Salah satunya
adalah pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesuciandiri dari
segala perbuatan nista dan dari bahaya hubungan seksual di luar nikah
(zina).
Beberapa tahun belakangan kita merasakan adanya suatu pandangan yang
sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah adalah
sesuatu yang sangat aib dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar
dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini
diterima sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila
ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari
seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial
berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidakmendapatkan
hak-haknya sebagai warga dan sebagainya.
Akibatnya, ia akan teralienasi
dari masyarakatnya, merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa,serta
merasakan sebagai pihak yang ‘terhukum’ Hal ini akan melahirkan perasaan
‘jera’ yang efektif mengurangi frekuensi pengulangan.
Namun lihatlah kondisi masyarakatkita sekarang ini. Berzina dianggap
sebagai salah satu ciri gaya hidup modern dan menutupi aibnya dengan
dalih sebagai ’tuntutan zaman’. Kemudian pandangan ini dipopulerkan di
tengah masyarakat, sehingga terjadi perubahan-perubahan norma sosial.
Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Dari mulai kejahatan
politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat merasa kesulitan
untuk memilah dan membedakan mana perbuatan yang baik yang dapat membawa
keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat
membawa kesengsaraan pada kehidupan. Akibatnya, bisa telah bisa kita
rasakan: “kita akan ‘terus-menerus’ mengalami keterpurukan demi
keterpurukan”.
Celakanya sampai saat ini belum terlihat upaya serius untuk keluar
dari krisis yang telah mengepung bangsa ini. Lebih celaka lagi masih
terlihat keengganan bangsa ini, termasuk dari kalangan pemimpinnya,
untuk kembali ke akar budayanya, yaitu Islam yang dilukiskan oleh Nabi
Ibrahim ‘Alaihissalâm sebagai satu-satunya jalan menuju
pencapaian cita-cita kesejahteraan. Islam adalah satu-satunya jalan
menuju masyarakat yang bersih dan berkeadilan. Mudah-mudahan segera
hadir seorang pemimpin yang dapat melahirkan transformasi kepemimpinan
sehingga memunculkan pemimpin-pemimpin yang bersih dan peduli; yang
dapat mengarahkan kehidupan bangsa ini ke cita-cita luhurnya, hidup aman
sentosa dan makmur di bawah naungan ridha Ilahi.
Ma’âsyiral Muslimîn Jamaah Idul Adha Rahimakumullâh …
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Wa Lillâhil Hamd
Dengan sikap tawakkal, marilah kita berdoa kepada Allah, dengan satu
harapan, semoga Allah selalu berkenan untuk memberikan maghfirah dan
rahmatNya kepada kita semua,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَىإِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
ا
للَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَاناالَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّشَرٍّ
للَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَاناالَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّشَرٍّ
اللّهُمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا
وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا
مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
اللّهُمَّ عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكََّ
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ الْعَالَمِينَ
اللّهُمَّ عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكََّ
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ الْعَالَمِينَ
اللّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ
عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ
الْعَالَمِينَ
اللّهُمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ
والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ
مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ
والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَ الْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَ الْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته