Ada satu pandangan unik mengenai cinta dari
salah seorang pemikir posmodern asal Perancis, Jacques Derrida. Bisa jadi, ini
dikarenakan metode “dekonstruksi” yang digunakannya sehingga memberikan sudut
pandang yang tak terduga-duga dan tak lazim bagi orang awam, bahkan bagi para pemikir
sekalipun. Tak pelak, Derrida memang kerap mengejutkan rekan-rekannya melalui
berbagai “pemikiran nakal” yang dicetuskannya.
(Jacques Derrida)
Dekonstruksi sebagaimana kita ketahui, berupaya
menggeser “inti pemikiran” sedari pusat pada pinggiran. Sebagai misal, banyak
orang menghujat dan memandang negatif peristiwa 9/11 [pusat pemikiran], namun Derrida justru menilainya
secara positif, baginya kejadian tersebut justru membuat Amerika Serikat kian meningkatkan
sistem keamanan nasional berikut memiliki momentum dalam upaya “penyegaran
kembali” relasi sosial antar warganya yang dirasa cukup renggang sebelum
terjadinya peristiwa 9/11 [pinggiran].
Kembali pada permasalahan semula, apa jadinya
ketika Derrida menggunakan metode dekonstruksi dalam menganalisis cinta?
Jawabnya, “Orang yang jatuh cinta adalah
narsis!”. Mengapa demikian? Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa seseorang yang
tengah jatuh cinta pada dasarnya membutuhkan perhatian, kasih sayang, bahkan
“pemujaan” dari orang yang dicintainya. Itulah mengapa, Derrida mendaulat
mereka yang tengah jatuh cinta sebagai narsis.
Apakah
Anda sedang jatuh cinta?
Sumber: kolomsosiologi.blogspot.com